Siapa Anda Nanti

Ketika ayahnya seorang musisi, apakah anaknya akan menjadi musisi juga? Ketika ayahnya seorang petani, apakah anaknya juga akan menjadi petani? Tidak ada yang memastikan jalan ceritanya akan seperti itu. Walaupun sering kita temukan dan saya sendiri sudah menyaksikannya.
Ayahnya penghasil susu, anaknya penghasil susu, bahkan anaknya dari anak itu pun menjadi penghasil susu. Begitu seterusnya kisah keluarga sapi tersebut.

Foto: Dokumen Pribadi

Kira-kira seperti itu yang teman gue, sebut saja Lala, sedang ia resahkan. Bukan resah karena menjadi seeokor sapi atau penghasil susu, tapi ia resah jika jalan kehidupannya percis seperti ayahnya. Terlebih ketika dia mendapat jurusan kuliah yang sama: kedokteran.

Si Lala gak mau menjadi dokter? Tahan, bukan disitu intinya. Saat muda, Ayah Lala berkuliah di salah satu universitas terkemuka di Indonesia. Berhasil lulus hingga menjadi dokter dan beberapa tahun kemudian, kariernya berbeda dengan ijazahnya. Ayah Lala 'banting stir' dengan membuka bisnis mebel dan tidak menjalani praktek sebagai dokter.

Itu yang Lala takutkan. Dia takut waktunya akan terbuang sia-sia jika pada akhirnya dia akan menjadi pengusaha juga seperti ayahnya. Lebih liar lagi, Lala merasa jika dia salah jurusan dan seharusnya mengambil jurusan wirausaha sejak dini. Dia merasa jika dilihat dari latar belakang, mereka berdua memiliki kesamaan. Ingin menjadi dokter ketika muda.

Saya memberinya masukan:

Kawan. Tidak perlu resah. Karena menurut saya, 'Siapa Anda saat lahir', dan 'siapa Anda saat mati', hanya dibatasi dengan pertanyaan: Apa yang Anda lakukan?

Saat ini Anda baru bisa menjawab pertanyaan "Siapa Anda saat lahir?". Anda adalah anak seorang dokter dan juga anak pengusaha mebel. Tapi itu tidak memastikan Anda akan mati sebagai pengusaha mebel atau sebagai dokter, sekalipun Anda sudah mendapat jurusannya. Karena itu semua masih di masa depan. Tuhan yang menentukan dengan kita menjawab "apa yang akan Anda lakukan ketika hidup?"

Jika alasan hidupmu, alasanmu untuk memilih jurusan kedokteran tersebut adalah untuk membantu banyak orang, menemukan obat dari suatu penyakit, maka menurut saya pilihanmu sejauh ini bagus dan jurusan yang sudah kau pegang sangat mendukung. Jangan takut apakah pada akhirnya kau akan memilih menjadi pengusaha mebel atau yang lainnya. Tanyakan lagi pada dirimu apa tujuan hidupmu? Seberapa harga matinya cita-citamu untuk membantu banyak orang?

Karena jika mimpimu sudah menjadi harga mati, seharusnya sudah tidak bisa dinegosiasi. Tentang ayah Lala, mungkin mimpinya menjadi dokter belum menjadi harga mati, itulah mengapa dia memilih jalan hidup lain sebagai pengusaha. Mungkin juga pada akhirnya dia menemukan mimpi di jalan yang berbeda, seperti ingin membuka lapangan kerja. Itu tidak kalah mulia, setiap orang punya caranya dalam berkarya. Anda pun tidak menutup kemungkinan akan seperti itu.

Tapi untuk sekarang, fokuslah pada apa yang ingin Anda lakukan untuk mempersiapkan jawaban dari pertanyaan terakhir. Siapa Anda saat mati? Apakah dokter? Apakah penemu? Pemimpin? Tentara? Pembuka lapangan kerja? Banyak sekali kemungkinannya selagi kita masih bisa bernafas. Dan itu ditentukan dari jawaban pertanyaan utama: Apa yang Anda lakukan?

Idham Yudhistira, Juli 2018.

----------------------------
Sebarkan jika Anda merasa tulisan ini bermanfaat. Silakan berkomentar untuk memberi kritik, saran, dan menambahakan opini.
Mohon maaf jika ada kesalahan, tulisan ini hanyalah berupa opini dari diri sendiri.
Temukan juga saya di
IG: @Yudhistirahat

Komentar

Posting Komentar

Tulisanku lainnya yang mungkin Anda suka

Mengapa Orang Sering Melupakan Kebaikan dan Bagaimana Kita Menyikapinya

Analogi Lari Bersama ( Part 2 )

Analogi lari bersama