Lihat Hasil UTBK Dengan Sikap Kesatria

Foto: pixabay.com/users/devanath

Bagaimana jika aku mendapatkan merah? Ambyar.. Apakah masih ada kesempatan untukku? Bagaimana reaksi orang tuaku jika aku mengecewakannya? Apakah selama ini aku sudah berusaha sebaik mungkin?

Banyak lagi ungkapan kekhawatiran yang tak bisa saya tulis satu-satu. Tapi, apakah hanya sisi merah yang pantas dikhawatirkan? Pernahkah kamu bertanya-tanya seperti itu jika kamu mendapat yang kamu harapkan? (Baca: Hijau)

Jika Aku mendapat hijau, apakah ini benar-benar aku inginkan? Apakah aku bisa terus mempertahankan komitmenku? Apakah pantas kesempatan ini kuterima dimana banyak orang di luar sana yang menginginkan juga? Apakah aku benar-benar dapat berguna bagi orang lain dengan pencapaian ini?

Kedua sisi koin, entah merah atau hijau, sama-sama memiliki potensi untuk dikhawatirkan. Tinggal di sisi mana kita memilih untuk terbuai oleh asumsi dan interpretasi dari pikiran sendiri yang belum tentu kebenarannya. Maka, dalam usaha membuka sebuah kenyataan, yang mana dalam kasus ini adalah hasil Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri. Terimalah kenyataan dengan SIKAP KESATRIA. Begitu aku menyebutnya. 

Apa yang dimaksud 'Sikap Kesatria'? Bagi saya, itu adalah sebuah sikap untuk tetap menegakkan kepala terhadap apa pun hasil yang kita terima. Jika sesuai harapan, janganlah menengadah dan menepuk dadamu. Karena kamu dapat terlena dengan kesombongan dan melepaskan pedangmu. Mengurangi kesiagaanmu terhadap hal-hal yang dapat menjatuhkan dirimu sewaktu-waktu. 

Jika belum sesuai harapan, janganlah menundukkan kepalamu dan mengambil langkah ke sisi gelap dunia. Jangan siksa dirimu sendiri. Karena dalam hal ini, kenyataan yang baru kamu dapatkan itu tidak bisa berubah. Tapi kamu bisa menentukan sikapmu harus bagaimana.

"Bersedihlah secukupnya. Dunia tak menunggu jiwamu untuk pulih." 

Itu yang saya katakan ke teman saya dahulu ketika dia merasa terpuruk. Tidak sengaja terangkai, namun masih terpakai hingga sekarang. Kalimat itu bukan untuk menjatuhkannya. Dalam konteks ini, saya sedang menyemangatinya untuk bangkit kembali mengejar mimpinya. Setiap manusia berada di sebuah perlombaan, dan jangan terbuai dengan kenyataan pahit yang sebenarnya masih bisa diubah.

Maka, TETAP TEGAKKAN KEPALA MU APA PUN YANG TERJADI!

Pegang terus pedangmu yang telah diasah dengan kualitas diri, dan tameng itu yang telah kamu kokohkan dengan komitmen. Teruslah bangkit untuk bertarung jika mimpimu itu seharga mati. Begitu pun jika kamu sedang menang. Jangan terbuai sehingga kamu menggeletakan senjatamu di tanah. Karena anak panah bisa dilesatkan kapan pun dan dari arah mana pun ke tubuhmu.

Jangan terbuai sedih. Jangan pula terlena tawa.

Bantu kami untuk terus berkarya dengan Buy Me a Coffee

---------------------------------------------------------------

Terimakasih telah membacadi blog saya.
Tulisan ini berupa opini dari diri sendiri.

Sebarkan jika Anda merasa ini bermanfaat. 
Berikan komentar untuk memberi tanggapan dan sebagainya.

Temukan saya di
Instagram: @yudhistirahat
Twitter: @yudhistirahat

Sumber Foto:
Kunjungi Facebook pemilik foto yang saya gunakan disini. Anda juga bisa bisa memberinya donasi melalui pixabay disini.

Komentar

Posting Komentar

Tulisanku lainnya yang mungkin Anda suka

Mengapa Orang Sering Melupakan Kebaikan dan Bagaimana Kita Menyikapinya

Komet itu Hanya Melintas Setelah 6000 Tahun Lagi