Seberapa sering kita kecewa terhadap orang lain karena melupakan kebaikan kita? Padahal rasanya baru kemarin kita berbuat baik kepadanya. Namun apakah memang dunia sekejam itu? Mari kita coba urai apa yang bisa saja sebenarnya terjadi dari fenomena kekecewaan tersebut. Semoga ada alternatif lain untuk membuat suatu konsep hubungan timbal balik yang lebih tulus. Saya pernah melakukan survey kecil-kecilan kepada 138 followers instagram saya tentang timbal-balik kebaikan. Ternyata, hampir 90% responden yang merasa kebaikannya sering dilupakan, setuju pula bahwa kita lebih mudah mengingat keburukan orang lain dibanding kebaikannya. Untuk membuat suatu skenario yang objektif, dari hasil survey tersebut mari kita garis bawahi kedua hal tersebut: Kita lebih sering mengingat keburukan dan Kita sering merasa kebaikan kita dilupakan. Apakah kamu melihat kesesuaian dari dua hal itu? Mari kita bahas lebih lanjut. Apabila kita setuju bahwa kita lebih mudah mengingat keburukan orang lain, maka m...
Benda angkasa selalu memanjakan imajinasi kita semasa kecil. Entah itu awan yang mengambang, atau sekedar melihat bulan mengikutimu setiap malam. Beberapa dari benda luar angkasa tersebut kadang termasuk kedalam fenomena langka. Seperti akan ada suatu komet melintas, atau kedudukan beberapa planet yang sejajar. Berbagai portal berita sering mengabarkan fenomena tersebut termasuk tanggal perkiraan dari para ahli. Aku senang sekali membaca informasi tersebut di koran, majalah anak, atau terlintas pada siaran berita televisi. Dan sampai kepada hari yang diperkiraan itu tiba, aku lebih sering kecewa karena gagal melihat fenomena tersebut. Gambar AI: Komet melintasi pedesaan. “Ini akan menjadi fenomena yang berharga, karena komet tersebut baru akan mengunjungi bumi setelah 6000 tahun lagi”. Begitu biasanya kanal berita mengabarkan. Siapa yang memiliki umur sampai 6000 tahun? Apalagi jika aku mengetahui berita dari fenomena tersebut setelah hari perkiraan kejadiannya. Bahkan, malam di bebe...
Komentar
Posting Komentar