Prosedur dan Esensi Mana yang Lebih Utama

Pernahkan kamu dihadapkan pada suatu pilihan antara menghormati prosedur atau mengutamakan esensi? Ketika dua hal tersebut direndengkan, lalu kita memilih salahsatunya, apakah hal tersebut otomatis menjadikannya lebih superior dari yang lainnya? Hal tersebut layak untuk didiskusikan.

Dari dua pilihan diatas, kita perlu mengkaji dahulu dasar dari keberadaan prosedur dan esensi. Prosedur adalah tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas (KBBI). Dapat kita pahami, disana terdapat tahapan yang disusun untuk mencapai sebuah sistem yang teratur. Artinya ketiadaan prosedur akan mengakibatkan ketidakteraturan. 

Sedangkan, esensi adalah hakikat paling penting dari keberadaan sesuatu. Ketiadaan esensi mengakibatkan hilangnya identitas dari tujuan awalnya sesuatu itu ada. Dari pemahaman kedua hal tersebut, ketika mereka ada dan tidak ada, menurut saya secara umum kedua hal tersebut malah memiliki ranahnya masing-masing dan tidak bisa otomatis menjatuhkan satusama lain karena pada akhirnya pun mereka akan saling berhubungan. Maksudnya seperti apa akan kita bahas secara bertahap.

Dalam pengertianya, prosedur memiliki tujuan untuk menentukan tahapan yang teratur. Dengan kata lain, suatu prosedur adalah hasil pemikran yang mengkaji beberapa tahapan agar berjalan secara teratur dan meminimalisir kekacauan. Artinya, keberadaan prosedur itu sendiri sudah memiliki esensi. Namun, bagaimana jika kita menganggap keberadaan suatu prosedur akan menghilangkan sebuah esensi? Pertanyaan tersebut akan kita kaji setelah memahami tentang esensi terlebih dahulu. Namun sejauh ini, saya menemukan adanya esensi di dalam prosedur.

Esensi memiliki makna yang luas tergantung bagaimana kita membicarakannya. Menurut Louis O. Kattsoff dalam buku Pengantar Filsafat, esensi ialah hakikat barang sesuatu. Secara sederhana, esensi bisa dimaknai sebagai apa yang paling penting dari suatu hal, hakikatnya, atau inti dari sesuatu. Pertanyaannya, kepentingan dari suatu keberadaan itu siapa yang menentukan? Dari sini kita akan menemukan bagian yang menariknya. 

Kepentingan tersebut dipengaruhi dari siapa, atau pun bagaimana kita memandang hal tersebut. Maksud dari kalimat tersebut akan segera kita bahas dengan contoh mencari esensi keberadaan manusia. Dua paragraf berikutnya ditulis bukan tanpa sebab.

Apa esensi dari keberadaan manusia? Berdasarkan tulisan Arnold Yanviero, seorang lulusan dari Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, yang ia unggah pada laman id.quora.com dapat disimpulkan bahwa esensi dari eksistensi (keberadaan) manusia dapat tergantung dari pemahaman yang dianut masing-masing pemikir. Untuk mereka yang mengusung pemikiran kebebasan absolut, esensi manusia ditentukan setelah keberadaan manusia itu sendiri. Artinya manusia sendiri lah yang menentukan secara independen apa esensi dari kehadirannya. Dan jawabannya dapat sangat luas bagi masing-masng orang. Bahkan bisa saja jawaban seseorang tidak sependapat atau bahkan tidak dapat disetujui oleh orang lainnya yang sama-sama mengusung pemikiran kebebasan absolut.

Masih mengenai mencari jawaban apa esensi keberadaan manusia, untuk yang menganut paham ketuhanan, mereka dapat berpendapat esensi diciptakannya manusia sudah ada sebelum eksistensi manusia itu ada. Sehingga mereka berpendapat eksistensinya adalah untuk menjalankan esensi yang sudah digariskan oleh takdir.

Setelah kita memahami bahwa esensi dari sesuatu dapat berbeda berdasarkan siapa dan bagaimana kita memandang. Kalau kita cukup cermat dari dialektika diatas, penentuan esensi manusia tersebut ditentukan dari penentuan tahapan dan cara berfikir: eksistensi dahulu, lalu esensi; atau esensi dahulu, baru kemudian eksistensi? Dengan kata lain penentuan buah pikiran tersebut memiliki tahapan yang perlu dipilih. Artinya disini kita menemukan prosedur didalam menentukan suatu esensi.

Sejauh ini kita dapat memahami, bahwa terdapat esensi di dalam tersusunnya prosedur. Dan terdapat prosedur di dalam penentuan esensi.

Kembali ke pertanyaan yang belum kita jawab diatas, "Bagaimana jika kita menganggap keberadaan suatu prosedur akan menghilangkan sebuah esensi?". Sebelum kita mendiskusikannya, kita perlu memiliki kesamaan pemahaman terlebih dahulu tentang pertanyaan dan jawaban yang nanti akan kita bahas bisa sejauh apa digunakan.

Dari pertanyaan tersebut ada beberapa hal yang perlu dicermati untuk mendapatkan kesamaan pemahaman. Penggunaan 'bagaimana ...' memiliki arti kita sedang memikirkan suatu cara. Sedangkan cara berfikir dapat tak terbilang jumlahnya. Lalu, penggunaan '... jika kita menganggap ...' memiliki arti jawaban dari pertanyaan tersebut erat kaitannya dengan siapa yang memandang suatu masalah. Mengapa dua hal tersebut perlu digarisbawahi, agar kita tidak menganggap, jika semisal suatu hari kita menemukan suatu prosedur yang menghilangkan esensi, entah dalam kasus apa pun, lalu prosedur tersebut diubah demi mendapatkan esensi yang kita cari, perlu dipahami bahwa perubahan tersebut bukanlah jawaban yang mutlak bisa digunakan juga dimana pun atau pada hal apa pun di dunia ini. Jika kita sudah sepaham, mari kita masuk ke bagian jawaban dari pertanyaan yang dari tadi menunggu untuk dijawab.

Pada bagian ini, sepertinya kita perlu lebih teliti dalam membaca. Menurut saya, secara umum, apabila seseorang menganggap suatu prosedur dapat menghilangkan suatu esensi yang ia cari, bisa saja itu berarti prosedur tersebut belum mencapai esensi (hakikat utama) mengapa ia disusun. Jadi, ada dua 'esensi' disini: Pertama, esensi yang hilang bagi tujuan seseorang, dan prosedur itu sendiri yang dianggap ternyata belum mencapai esensi dari tujuan ia diciptakan. Artinya, disini terdapat kekacauan yang menghasilkan keinginan untuk diubahnya sebuah prosedur yang sudah ada. Apakah hal tersebut dapat dibolehkan? Mari kita cari jawabannya dari kejadian di alam.

Pada teori Big Bang, pembentukan alam semesta diawali oleh ledakan super dahsyat yang mengakibatkan terjadinya chaos. Sebenarnya dalam kbbi, chaos diartikan sebagai semrawut. Tapi menurut saya makna semrawut belum cukup untuk mewakili makna kata chaos sebenarnya. Chaos yang dimaksud disini adalah adanya ketidakteraturan yang pada akhirnya akan menemukan harmoni. Seperti contoh yang kita ambil melalui proses Big Bang. Pada fase tersebut terjadi ketidakteraturan partikel-partikel hasil ledakan. Namun pada akhirnya, alam menemukan keteraturannya sendiri. Hingga terbentuk sistem tata surya seperti sekarang. Dari sana, apabila suatu prosedur tidak mendukung esensi yang diharapkan pengguna prosedur tersebut, fase ini saya sebut sebagai momen chaos-nya. Kemudian momen ketika prosedur tersebut diubah, disanalah kita menemukan harmoninya. Begitu pun sebaliknya dalam kasus suatu esensi tidak mendukung prosedur.

Masuk ke bagian diskusi akhir. Maka dari itu, apakah artinya esensi memiliki posisi yang lebih tinggi dari prosedur? Secara khusus, bisa jadi iya. Namun perlu diingat hal tersebut tidak mutlak. Karena penentuan esensi erat kaitannya dengan siapa dan bagaimana kita memandang, seperti yang dijelaskan diatas. Mengapa tidak mutlak esensi selalu diatas prosedur, karena bagi seseorang yang menganut pemikiran ketuhanan, apabila ia menganggap prosedur beribadah kepada Tuhannya tidak sesuai dengan keinginannya yang tidak mau mengalah dari pekerjaannya, maka harapan diubahnya prosedur beribadah tidak bisa, karena bertentangan dengan esensi dari eksistensi dirinya yang harus mengikuti tuntutan agamanya.

Sehingga dari diskusi diatas, manakah yang harus lebih didahulukan, saya berpendapat secara umum akan lebih aman jika kita menjawabnya dengan mereka dapat berdiri dengan porsinya masing-masing. Dan dari kedua sisi tersebut, apabila satu sisi, entah itu prosedur atau pun esensi yang ingin mendahului sisi lainnya, perlu dikaji kenapa itu terjadi, apa tujuannya, bagaimana cara berfikirnya, sehingga dari fase chaos tersebut, kita bisa dapatkan kesimpulan akhir berupa harmoni. Dan setelah harmoni tersebut tercapai, prosedur dan esensi yang tadinya terdapat pertentangan kembali berdiri sendiri dengan porsinya masing-masing lagi.

Sekian tulisan saya tentang manakah yang lebih utama antara prosedur dan esensi. Semoga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi kamu yang sedang ingin mencari jawabannya juga.

Suka dengan blog ini? Kamu bisa berikan dukungan untuk membantu kami terus berkarya dengan memberikan dukungan melalui KaryaKarsa.com.

Baca juga tulisanku tentang pendapatku tentang makna pulang di Makna Pulang dari Kehilangan Sebuah Kota

Terima kasih telah membaca artikel "Prosedur dan Esensi Mana yang Lebih Utama". Semoga bermanfaat. Berikan komentar atau share jika kamu menganggap tulisan ini berguna juga untuk orang lain. Kamu juga dapat membaca tulisan saya yang lainnya tentang pengalaman dan pengembangan diri di tiracerita.blogspot.com

Kamu bisa temukan saya di beberapa sosial media berikut
Instagram   @yudhistirahat
Twitter        @yudhistirahat 
LinkedIn     Idham Khaliq Yudhistira


Komentar

Tulisanku lainnya yang mungkin Anda suka

Mengapa Orang Sering Melupakan Kebaikan dan Bagaimana Kita Menyikapinya

Komet itu Hanya Melintas Setelah 6000 Tahun Lagi